Peristiwa api menyala sebenarnya merupakan peristiwa pembakaran atau istilah kerennya oksidasi. Peristiwa itu adalah persenyawaan yang terjadi antara oksigen dengan unsur lain. Untuk dapat membuat api yang menyala, umumnya unsur yang bersenyawa dengan oksigen itu adalah unsur karbon, seperti metana, propana, dan butana. Unsur itu jika bereaksi dengan oksigen dapat menghasilkan panas dengan suhu tinggi dan juga pancaran energi yang menyala-nyala yang kita lihat sebagai api.
Unsur yang dapat terbakar langsung adalah unsur tertentu yang berbentuk gas. Jadi, kita dapat membuat api dari bahan bakar gas hanya dengan memantiknya saja. Tapi bagaimana dengan bahan bakar yang berbentuk padat atau cair? Sebenarnya yang terbakar dari bahan bakar itu juga adalah bentuk gasnya. Jadi, jika benda yang mudah terbakar itu terkena api, benda itu akan perlahan menguap. Uap inilah yang akan bersenyawa dengan oksigen dan menghasilkan api, sehingga membuat api yang sudah ada menjadi lebih besar. Dan api yang lebih besar ini akan menguapkan sebagian lagi dari benda tersebut. Begitu seterusnya sampai seluruh benda itu habis terbakar.
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor .Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi perlahanlahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan sampai mencapai suhu nyala (Soeratmo, 2003). Oksigen sangat berpengaruh pada proses pembakaran. Berdasarkan hasil percobaan kali ini dapat di ketahui pengaaruh oksigen tersebut dalam proses pembakaran.
Pada gelas yang berukuran lebih kecil, nyala api yang dapat bertahan ketika lilin ditutup memiliki lama penyalaan yang lebih sedikit di bandingkan dengan ukuran gelas yang lebih besar. Secara garis besar dapat di tulis bahwa nyala api pada gelas 200 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml.
Perbedaan nyala api tersebut disebabkan banyaknya oksigen dalam gelas yang mempengaruhi dari tiap nyala api. Semakin besar ukuran gelas, maka semakin banyak oksigen yang terdapat di dalam gelas tersebut, sehingga nyala api pun dapat di pertahankan lebih lama. Selain itu, ukuran sumbu lilin juga mempengaruhi nyala api, semakin panjang sumbu lilin maka semakin besar nyala api yang mengakibatkan waktu penyalaan semakin singkat.
Tetapi, pada praktikum kali ini, factor panjang sumbu tidak mempengaruhi waktu penyalaan, karena panjang sumbu sebelumnya telah diukur sedemikian rupa sehingga ukuran sumbu lilin sama panjang.
kenapa saat kita meniup lilin api mati ?
Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini, pertama karena nafas kita mengandung karbondioksida yang akan menggeser oksigen di sekitar sumbu api, sehingga api mati. Kedua, nafas kita mengandung kadar air yang cukup untuk mematikan api. Ketiga, hembusan angin kita menghamburkan gas lilin yang menjadi bahan bakar api, tanpa bahan bakar maka sumbu akan mati.
kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa okigen mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembakaran. Keberadaan oksigen menjadi penentu apakah proses kebakaran dapat terjadi atau tidak. Hal tersebut sesuai dengan prinsip kerja segitiga api dalam pembakaran, dimana jika salah satu komponen segitiga api tidak ada maka kebakaran tidak dapat terjadi.
0 Response to "bagaimana api bisa nyala dan membakar"
Post a Comment